Forwarded article from PPIM-NET.
Jodoh Memang di Tangan Tuhan
Kirim teman
Oleh Astri Kuntadi
Siang itu saya didatangi dua orang sahabat, mantan teman sekerja di Jogjakarta. Kami melepas rindu saling bercerita silih berganti dengan antusiasme tinggi mengenai keadaan kita masing masing saat ini. Maklum 2 th lebih kita dipisahkan oleh cita masing masing. Segelas es syrup dan segenggam kacang goreng yang setia menemani perbincangan kita, menambah harmonis nya suasana siang yang terik itu.
Lambat laun perbincangan mengarah juga ke masalah jodoh. Kebetulan salah seorang sahabat tersebut masih single meskipun usianya sudah lebih dari 35 th, usia ‘rawan’ untuk wanita menurut sebagian orang bila belum juga menikah. Seribu tanya mulai terlontar dalam benakku, bukankah Allah telah menciptakan manusia dalam keadaan berpasang pasangan? Bukankah jodoh itu memang telah digariskan Tuhan, lantas mengapa ada hambanya yang setidaknya kasat mata telah memenuhi syarat untuk menikah belum juga dipertemukan dengan jodohnya? Bahkan ada yang sampai meninggalkan kefanaan dunia tanpa pendamping semasa hidupnya. Apakah ada manusia yang memang ditakdirkan untuk tidak menikah?
“Hei, kok melamun!”, teguran sahabatku itu menyadarkanku. ”Eh enggak ini kacang gorengnya renyah banget ya..., ” jawabku asal saat itu, tidak enak hati karena dia lah yang sedang aku lamunkan. Berhubung pertanyaan seputar jodoh masih saja berkecamuk di kepala, akhirnya dengan hati-hati kutanyakan juga pada sahabatku itu. ”Iya nih, belum ketemu jodoh, ”jawabnya enteng saat kutanyakan mengapa masih juga sendiri. ”Tolong carikan dong....yang sholeh, yang ganteng, yang pinter dan kaya ya, ”rajuknya menambahkan.
Waduh! Pikirku, apakah ini ya yang membuat sebagian orang sulit jalannya menemukan jodoh? Mereka mematok kriteria yang cukup tinggi dalam menentukan pasangan hidupnya. Meskipun sah sah saja dan memang harus begitu ya. Setiap orang pasti menginginkan yang terbaik. Tapi kembali lagi pada kenyataan, apakah benar ada manusia yang sesempurna itu?
Melihatku terpaku dengan pikiranku sendiri, kembali sahabatku tidak membiarkanku melamun berlama lama. ”Aku sudah berusaha, sudah banyak cara aku tempuh dalam usaha mencari pendamping hidupku ini, siapa sih yang ingin hidup sendiri, sementara teman teman yang lain banyak yang sudah menimang anak, bahkan dua seperti kamu ini ”ujarnya dengan mimik serius. ”Manusia itu kan tugasnya hanya ikhtiar dan berdoa, tawakal, kemudian sisanya terserah Allah yang memutuskan. Allah menciptakan makhluknya berpasang-pasangan pastilah tidak sebatas hanya di dunia saja, kalau jodoh itu belum didapat di dunia ini, mungkin saja sudah dipersiapkan jodoh di akhirat nanti. Allah lebih tahu hikmah dari sebuah peristiwa, ”tambahnya dengan senyum penuh arti.
Saya salut akan jalan pikirannya yang amat positif menerima ketentuan Allah. ”Tapi apakah bisa dibilang hidupmu belum sukses karena belum berkeluarga? ”tanyaku ingin menggali lebih dalam sejauh mana kepiawaiannya memaknai kesabaran. ”Kesuksesan dalam hidup ini menurutku bukan tergantung seseorang mempunyai jodoh atau tidak di dunia ini, atau pangkat yang tinggi atau uang yang banyak, tetapi siapa yang nantinya dijauhkan dari Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga, maka mereka itulah orang-orang yang sukses, yang menang, ”jawabnya. ”Janganlah kita hidup di dunia ini untuk menderita di akhirat nanti, sayang sekali kan, ”tambahnya. Saya hanya bisa mengangguk-angguk kagum.
Kuteguk es syrup yang tinggal setengah gelas, sejuknya menyelimuti kerongkongan, segarnya melenyapkan dahaga. Entah mengapa perbincangan siang itu membawa nuansa lain untukku dalam menyikapi kehidupan. Ada manusia yang belum juga menikah meski berusia lanjut dan terlihat menderita sekali hidupnya, kesepian dan tak jarang berperangai kurang menyenangkan bagi sekelilingnya.
Ada juga yang ridho menerima ketetapan Illahi, senantiasa positif thinking. Dalam surah Al-Baqarah/2: ayat 216 yang artinya: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;” ada Allah. Sebetulnya manakah yang harus dipilih? Sejenak bila kita renungkan baik baik Pastilah insya Allah kita akan ringan menjalani setiap ketetapan dari Allah sang Maha Penyayang. Juga mengenai perihal perjodohan, yakinlah bahwa itu menang di tangan Tuhan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Friday, July 25, 2008
Jodoh Memang Di Tangan Tuhan
Forwarded article from PPIM-NET.
Jodoh Memang di Tangan Tuhan
Kirim teman
Oleh Astri Kuntadi
Siang itu saya didatangi dua orang sahabat, mantan teman sekerja di Jogjakarta. Kami melepas rindu saling bercerita silih berganti dengan antusiasme tinggi mengenai keadaan kita masing masing saat ini. Maklum 2 th lebih kita dipisahkan oleh cita masing masing. Segelas es syrup dan segenggam kacang goreng yang setia menemani perbincangan kita, menambah harmonis nya suasana siang yang terik itu.
Lambat laun perbincangan mengarah juga ke masalah jodoh. Kebetulan salah seorang sahabat tersebut masih single meskipun usianya sudah lebih dari 35 th, usia ‘rawan’ untuk wanita menurut sebagian orang bila belum juga menikah. Seribu tanya mulai terlontar dalam benakku, bukankah Allah telah menciptakan manusia dalam keadaan berpasang pasangan? Bukankah jodoh itu memang telah digariskan Tuhan, lantas mengapa ada hambanya yang setidaknya kasat mata telah memenuhi syarat untuk menikah belum juga dipertemukan dengan jodohnya? Bahkan ada yang sampai meninggalkan kefanaan dunia tanpa pendamping semasa hidupnya. Apakah ada manusia yang memang ditakdirkan untuk tidak menikah?
“Hei, kok melamun!”, teguran sahabatku itu menyadarkanku. ”Eh enggak ini kacang gorengnya renyah banget ya..., ” jawabku asal saat itu, tidak enak hati karena dia lah yang sedang aku lamunkan. Berhubung pertanyaan seputar jodoh masih saja berkecamuk di kepala, akhirnya dengan hati-hati kutanyakan juga pada sahabatku itu. ”Iya nih, belum ketemu jodoh, ”jawabnya enteng saat kutanyakan mengapa masih juga sendiri. ”Tolong carikan dong....yang sholeh, yang ganteng, yang pinter dan kaya ya, ”rajuknya menambahkan.
Waduh! Pikirku, apakah ini ya yang membuat sebagian orang sulit jalannya menemukan jodoh? Mereka mematok kriteria yang cukup tinggi dalam menentukan pasangan hidupnya. Meskipun sah sah saja dan memang harus begitu ya. Setiap orang pasti menginginkan yang terbaik. Tapi kembali lagi pada kenyataan, apakah benar ada manusia yang sesempurna itu?
Melihatku terpaku dengan pikiranku sendiri, kembali sahabatku tidak membiarkanku melamun berlama lama. ”Aku sudah berusaha, sudah banyak cara aku tempuh dalam usaha mencari pendamping hidupku ini, siapa sih yang ingin hidup sendiri, sementara teman teman yang lain banyak yang sudah menimang anak, bahkan dua seperti kamu ini ”ujarnya dengan mimik serius. ”Manusia itu kan tugasnya hanya ikhtiar dan berdoa, tawakal, kemudian sisanya terserah Allah yang memutuskan. Allah menciptakan makhluknya berpasang-pasangan pastilah tidak sebatas hanya di dunia saja, kalau jodoh itu belum didapat di dunia ini, mungkin saja sudah dipersiapkan jodoh di akhirat nanti. Allah lebih tahu hikmah dari sebuah peristiwa, ”tambahnya dengan senyum penuh arti.
Saya salut akan jalan pikirannya yang amat positif menerima ketentuan Allah. ”Tapi apakah bisa dibilang hidupmu belum sukses karena belum berkeluarga? ”tanyaku ingin menggali lebih dalam sejauh mana kepiawaiannya memaknai kesabaran. ”Kesuksesan dalam hidup ini menurutku bukan tergantung seseorang mempunyai jodoh atau tidak di dunia ini, atau pangkat yang tinggi atau uang yang banyak, tetapi siapa yang nantinya dijauhkan dari Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga, maka mereka itulah orang-orang yang sukses, yang menang, ”jawabnya. ”Janganlah kita hidup di dunia ini untuk menderita di akhirat nanti, sayang sekali kan, ”tambahnya. Saya hanya bisa mengangguk-angguk kagum.
Kuteguk es syrup yang tinggal setengah gelas, sejuknya menyelimuti kerongkongan, segarnya melenyapkan dahaga. Entah mengapa perbincangan siang itu membawa nuansa lain untukku dalam menyikapi kehidupan. Ada manusia yang belum juga menikah meski berusia lanjut dan terlihat menderita sekali hidupnya, kesepian dan tak jarang berperangai kurang menyenangkan bagi sekelilingnya.
Ada juga yang ridho menerima ketetapan Illahi, senantiasa positif thinking. Dalam surah Al-Baqarah/2: ayat 216 yang artinya: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;” ada Allah. Sebetulnya manakah yang harus dipilih? Sejenak bila kita renungkan baik baik Pastilah insya Allah kita akan ringan menjalani setiap ketetapan dari Allah sang Maha Penyayang. Juga mengenai perihal perjodohan, yakinlah bahwa itu menang di tangan Tuhan.
Jodoh Memang di Tangan Tuhan
Kirim teman
Oleh Astri Kuntadi
Siang itu saya didatangi dua orang sahabat, mantan teman sekerja di Jogjakarta. Kami melepas rindu saling bercerita silih berganti dengan antusiasme tinggi mengenai keadaan kita masing masing saat ini. Maklum 2 th lebih kita dipisahkan oleh cita masing masing. Segelas es syrup dan segenggam kacang goreng yang setia menemani perbincangan kita, menambah harmonis nya suasana siang yang terik itu.
Lambat laun perbincangan mengarah juga ke masalah jodoh. Kebetulan salah seorang sahabat tersebut masih single meskipun usianya sudah lebih dari 35 th, usia ‘rawan’ untuk wanita menurut sebagian orang bila belum juga menikah. Seribu tanya mulai terlontar dalam benakku, bukankah Allah telah menciptakan manusia dalam keadaan berpasang pasangan? Bukankah jodoh itu memang telah digariskan Tuhan, lantas mengapa ada hambanya yang setidaknya kasat mata telah memenuhi syarat untuk menikah belum juga dipertemukan dengan jodohnya? Bahkan ada yang sampai meninggalkan kefanaan dunia tanpa pendamping semasa hidupnya. Apakah ada manusia yang memang ditakdirkan untuk tidak menikah?
“Hei, kok melamun!”, teguran sahabatku itu menyadarkanku. ”Eh enggak ini kacang gorengnya renyah banget ya..., ” jawabku asal saat itu, tidak enak hati karena dia lah yang sedang aku lamunkan. Berhubung pertanyaan seputar jodoh masih saja berkecamuk di kepala, akhirnya dengan hati-hati kutanyakan juga pada sahabatku itu. ”Iya nih, belum ketemu jodoh, ”jawabnya enteng saat kutanyakan mengapa masih juga sendiri. ”Tolong carikan dong....yang sholeh, yang ganteng, yang pinter dan kaya ya, ”rajuknya menambahkan.
Waduh! Pikirku, apakah ini ya yang membuat sebagian orang sulit jalannya menemukan jodoh? Mereka mematok kriteria yang cukup tinggi dalam menentukan pasangan hidupnya. Meskipun sah sah saja dan memang harus begitu ya. Setiap orang pasti menginginkan yang terbaik. Tapi kembali lagi pada kenyataan, apakah benar ada manusia yang sesempurna itu?
Melihatku terpaku dengan pikiranku sendiri, kembali sahabatku tidak membiarkanku melamun berlama lama. ”Aku sudah berusaha, sudah banyak cara aku tempuh dalam usaha mencari pendamping hidupku ini, siapa sih yang ingin hidup sendiri, sementara teman teman yang lain banyak yang sudah menimang anak, bahkan dua seperti kamu ini ”ujarnya dengan mimik serius. ”Manusia itu kan tugasnya hanya ikhtiar dan berdoa, tawakal, kemudian sisanya terserah Allah yang memutuskan. Allah menciptakan makhluknya berpasang-pasangan pastilah tidak sebatas hanya di dunia saja, kalau jodoh itu belum didapat di dunia ini, mungkin saja sudah dipersiapkan jodoh di akhirat nanti. Allah lebih tahu hikmah dari sebuah peristiwa, ”tambahnya dengan senyum penuh arti.
Saya salut akan jalan pikirannya yang amat positif menerima ketentuan Allah. ”Tapi apakah bisa dibilang hidupmu belum sukses karena belum berkeluarga? ”tanyaku ingin menggali lebih dalam sejauh mana kepiawaiannya memaknai kesabaran. ”Kesuksesan dalam hidup ini menurutku bukan tergantung seseorang mempunyai jodoh atau tidak di dunia ini, atau pangkat yang tinggi atau uang yang banyak, tetapi siapa yang nantinya dijauhkan dari Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga, maka mereka itulah orang-orang yang sukses, yang menang, ”jawabnya. ”Janganlah kita hidup di dunia ini untuk menderita di akhirat nanti, sayang sekali kan, ”tambahnya. Saya hanya bisa mengangguk-angguk kagum.
Kuteguk es syrup yang tinggal setengah gelas, sejuknya menyelimuti kerongkongan, segarnya melenyapkan dahaga. Entah mengapa perbincangan siang itu membawa nuansa lain untukku dalam menyikapi kehidupan. Ada manusia yang belum juga menikah meski berusia lanjut dan terlihat menderita sekali hidupnya, kesepian dan tak jarang berperangai kurang menyenangkan bagi sekelilingnya.
Ada juga yang ridho menerima ketetapan Illahi, senantiasa positif thinking. Dalam surah Al-Baqarah/2: ayat 216 yang artinya: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;” ada Allah. Sebetulnya manakah yang harus dipilih? Sejenak bila kita renungkan baik baik Pastilah insya Allah kita akan ringan menjalani setiap ketetapan dari Allah sang Maha Penyayang. Juga mengenai perihal perjodohan, yakinlah bahwa itu menang di tangan Tuhan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment